Archive for Disleksia

Film tentang Disleksia bag 2

taare-zameen-par-2Pada malam Sabtu kemarin, ada film bagus di TPI. Film India yang berjudul “Taree Zameen Par”. Film ini mengisahkan tentang seorang anak disleksia.

Baca entri selengkapnya »

Comments (11) »

Film tentang Disleksia

Akhirnya ada film Indonesia yang peduli dengan anak-anak disleksia. Film “Ikhsan; Mama, I love You” adalah film yang menceritakan tentang hidup seorang anak penderita disleksia bernama Ikhsan.

Ikhsan, seorang anak yang suka melamun, bertualang, dan sering membolos. Ikhsan sudah tinggal di kelas 3 selama 2 tahun. Oleh teman-teman dan gurunya, Ikhsan adalah anak yang bodoh. Perilaku Ikhsan di rumah pun sering membuat orang tuanya kewalahan. Suatu hari, Ikhsan terlibat perkelahian, dan dikeluarkan dari sekolah.

Ayah Ikhsan pun menggunakan koneksinya untuk memasukkan Ikhsan ke sebuah sekolah berasrama di tengah semester. Sayangnya Ikhsan yang tidak mandiri dan sensitif malah tertekan di asrama yang menerapkan disiplin ketat. Ikhsan mengalami depresi, emosinya labil, dan dia pun menjadi pemarah.

Suatu hari, asrama tersebut kedatangan Harun, guru seni baru yang suka menari dan menyanyi. Kondisi Ikhsan pun mendapat perhatian dari Harun yang juga penderita disleksia. Harun membantu Ikhsan untuk memperlihatkan kemampuan tersembunyi dalam dirinya. Berhasilkah?

Para pemain film ini diantaranya : Wulan Guritno, Fachri “Si Entong” Muhammad, Ibnu Djamil, Rendi Bragi, Winnie Yanthi, Jesse Lantang, M Farouq, Dik Doank, dan David Saragih.

Kalau dilihat dari ceritanya. Film ini mirip sekali dengan film India “Taree Zameen Par”.

Leave a comment »

Tips Membaca Anak Disleksia

Orang tua yang mengalami anak disleksia pasti mengalami kesulitan dalam mengajari anaknya membaca. Untuk itu dibutuhkan cara yang tepat dalam mengajari anak dengan kesulitan membaca ini. Beberapa tips diantaranya adalah:

1. Untuk membedakan ‘b’ dari ‘d’ atau ‘p’ dari ‘q’, jejerkan pada huruf “a”. Saya selalu katakan, “Arah mana perutnya: tabrakan seperti ‘ba’ atau berbaris seperti ‘da’?”.

2. Pengenalan fonetis penting, terutama saat bertemu dengan huruf mati. Huruf ‘k’ bacalah seperti [keh] atau [ekh]. Saat membaca ‘n’, ucapkan dengan menunjukkan posisi lidah menempel langit-langit atas. Saat mengucapkan huruf bilabial (b, p, m), ucapkan dengan perlahan saat bibir bawah dan atas menutup-buka.

3. Buat dahulu daftar kata-kata yang terdiri dari suku kata yang ‘terbuka’ dan mudah, terutama yang merupakan pengulangan dan erat dengan kehidupan sehari-hari, seperti ‘pipi’ atau ‘gigi’ atau ‘kuku’.

> contoh lain: to-pi, da-si, bu-ku, ta-s, se-pa-tu

4. Selanjutnya bisa memperkenalkan tubuh manusia lebih lengkap lagi; memperkenalkan kata secara asosiatif lebih efektif untuk anak yang suka menghayal jauh.

> ra-m-bu-t, a-li-s, ma-ta, te-li-ng-a, hi-du-ng,

Catatan: untuk ‘ng’, dekatkan ‘telinga’ dan ‘hidung’ dalam memberikan soal ke anak, dan sampaikan perbedaan membaca antara ‘nga’-‘ngi’-‘ngu’-‘nge’-‘ngo’ dan ‘ng’ [baca: `eng]

5. Setelah itu, pastikan daftar kosakata (per klaster) berdasarkan fokus huruf/suku kata yang dapat diurut mudah dan erat dengan kehidupan sehari-hari:

> a-bi, a-bu, a-na, a-ni, a-mi, a-pi

> i-bu, i-tu, i-na, i-ma, i-kan, i-da

> u-bi, u-li, u-mi, u-da-ng, u-a-ng, u-mu-r

> ma-ma-n, ma-in, ma-ka-n, ma-ta, ma-lu

> ca-ci-ng, ca-ca-r, ca-n-di, ca-n-ti-k, ca-n-da

> du-lu, du-du-k, du-ka, da-si, da-la-m

Catatan: pisahkan juga ‘ng’ dan ‘ny’ yang dibaca [`eng] dan [`nyeh].

6. Selalu berikan punishment jika ia lengah, tapi selalu juga berikan reward saat ia selesai membaca atau menulis. Pastikan juga suasana belajar yang tenang dan mendukung. Anak yang terganggu konsentrasinya jadi lengah membaca/menulis.

Belajar membaca
Sumber : disleksia.wordpress.com

Leave a comment »

Disleksia

Disleksia (bahasa Inggris: dyslexia), secara sempit dipahami sebagai kesulitan membaca secara teknis. Dalam arti luas, disleksia artinya segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun memahami kata-kata.

Beberapa tanda/gejalanya pada anak usia dini adalah :

  • Speech delay (terlambat bicara)
  • Masalah Pronunciation (pelapalan/pengucapan atau dalam istilah terapi wicara adalah ekspresi)
  • Kesulitan dalam mengikuti pengucapan kata dengan benar (kadang hanya mengikuti sebagian atau akhirnya saja)
  • Motorik tangannya kurang halus / kaku. Sehingga kesulitan menulis, menggambar atau mewarnai karena dia mengalami kesulitan dalam memegang pensil yang benar.
  • Bingung membedakan huruf  “b” dan “d” atau ” atau suku kata yang dibentuknya “ba” dan “da”.
  • Kurang lebih 30 – 50 % dari disleksia juga menunjukan tanda/gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Adapun gejala yang sering ditemui (umumnya) antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d, kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, dan besok), sulit mengingat urutan, sulit mengikuti instruksi verbal, sulit berkonsentrasi, perhatiannya mudah teralih, sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan, seringkali mengalami kesulitan berhitung terutama bila disampaikan dalam bentuk cerita, tulisannya sulit dibaca, dan kurang percaya diri.

Menangani anak disleksia

Membaca

Menangani anak disleksia yang memiliki kesulitan membaca teknis (sering terbalik-balik –ibu menjadi ubi-, bingung dengan huruf yang bentuknya mirip, kehilangan jejak saat membaca), bisa diatasi dengan cara:

  1. Memulai dari hal yang sudah dikuasai anak. Misalnya mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata yang terdiri dari dua suku kata, dan seterusnya.
  2. Metode dikte. Guru atau orang tua mendiktekan kata atau kalimat, lalu anak menuliskannya. Hal ini juga bisa dilakukan terbalik yaitu anak yang mendiktekan kemudian ditulis oleh orang lain, lalu ia diminta membacakannya kembali.
  3. Membaca wacana dan menjawab pertanyaan tentang wacana tersebut. Sumbernya bisa berupa buku cerita bergambar, cerita tanpa gambar, atau membaca bersama dan perlahan-lahan anak dibiarkan mendominasi bacaan.
  4. Membedakan b dan d dengan bantuan ibu jari kiri dan kanan.
  5. Membuat huruf dengan lilin.
  6. Banyak diberikan latihan (aktivitas) yang melatih rangsang visualnya.

Anak disleksia juga dapat memiliki kesulitan memahami bacaan, biasanya karena ia mengalami gangguan berpikir konsep. Bisa juga ia kurang memahami kata demi kata dalam bacaan tersebut. Apa yang bisa dilakukan?

  1. Memberikan bantuan gambar pada saat menjelaskan sebuah konsep
  2. Pemetaan pikiran (mind mapping) agar anak bisa memperoleh gambaran umum tentang suatu konsep sebelum mulai belajar.
  3. Sebelum membaca sebuah cerita, dengan melihat judulnya biasakan anak untuk bertanya apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana.
  4. Menjelaskan langsung. Bila anak mengalami suatu kejadian, misalnya berkelahi dengan teman, jelaskan secara langsung sebab akibatnya.

Menulis

Beberapa anak disleksi memiliki tulisan yang jelek karena kontrol motoriknya kurang baik. Strategi yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Latihan menulis halus, berupa pola atAupun kalimat. Latihan bisa dilakukan sebagai hukuman atau saat anak sedang santai.
  2. Menghubungkan titik dengan titik untuk melatih kemampuan motorik halusnya.
  3. Menggunakan pencil grip
  4. Menggunakan pensil yang tebal (misalnya pensil 2B) pada anak yang tekanannya terlalu lemah dan pensil yang tipis (pensil H) pada anak yang tekanan pada kertasnya terlalu kuat.

Memahami urutan

Sebagian anak disleksia sulit mengingat urutan hari dalam satu minggu atau bulan dalam satu tahun. Mereka juga sulit mengingat deretan angka. Apa yang bisa dilakukan?

  1. Mintalah ia menceritakan kembali secara runtut sebuah cerita yang baru saja diterangkan padanya atau film pendek yang baru ditontonnya, atau kejadian yang baru dialaminya.
  2. Lakukan permainan yang melatih memampuannya mengurutkan, misalnya menyusun angka, kalimat, dan sebagainya.

Memahami orientasi

Anak disleksia juga sering kali ragu tentang orientasi ruang seperti kanan-kiri, depan-belakang, ataupun atas-bawah. Bahkan ada yang tidak mengerti waktu atau tempat di mana mereka berada. Bagaimana meningkatkan kemampuan orientasinya?

  1. Permainan baris berbaris
  2. Bila anak benar-benar bingung mana kanan dan kiri, berilah tanda seperti gelang pada salah satu tangannya.
  3. ngatkan ia setiap hari tentang tanggal ataupun hari saat ini.
  4. Lakukan permainan yang melatih kemampuan orientasinya, misalnya “Pegang telinga kiri dengan tangan kananmu!”

Memahami angka

Ada pula anak disleksia yang sulit memahami matematika, biasanya karena kurangnya kemampuan bahasa, mengurutkan, dan memahami simbol. Terkadang, mereka juga sulit menghitung mundur dan salah menempatkan angka. Gunakan kertas berpetak untuk melakukan penjumlahan atau pengurangan, dan permudah lambang-lambang yang sulit misalnya simbol < atau > dilambangkan seperti mulut buaya, katakan mulut buaya selalu menghadap ke angka yang lebih besar.

Sumber : anakku.net

Comments (9) »